Minggu, 05 Juni 2011

Konsepsi Psikologi tentang Manusia

Banyak teori dalam komunikasi yang dilatar belakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia. Teori-teori persuasi sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens). Teori ”jarum hipodermik” (yang menyatakan media masa sangat berpengaruh) dilandasi konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakan semaunya oleh lingkungan (Homo Mechanicus). Teori pengolahan informasi jelas dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens). Teori-teori komunikasi intrapersonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi humanistik yang mengambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens).

Konsepsi Manusia dalam psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya pada totalitas kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian yang terpisah (Asch, 1959\; 17). Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia Id, Ego dan Superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia—pusat instink (hawa nafsu—dalam kamus agama). Ada dua instink dominan: (1) Libido—instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif; (2) Thanatosos—instink destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga instink kehidupan (eros), yang dalam konsep freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga semua yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri (narcism).
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin segera memenuhi keinginannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia.
Subsistem yang kedua—ego—berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal.Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.
Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego); atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).

Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap intropeksionisme (yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, behaviorisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia—kecuali instink—adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui sebagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif
Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir tahun 60-an dan awal tahun 70-an, psikologi sosial bergerak kearah paradigma baru. Manusia tidak lagi dipandang sebagaimakhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, tetapi sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya: makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens).
Kaum rasionalis memertanyakan apakah betul bahwa penginderaan kita, melalui pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.
Descartes, juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak semua stimuli kita terima.
Rasionalisme ini tampak jelas pada aliran psikologi Gestalt di awal abad XX. Para psikolog Gestalt, seperti juga kebanyakan psikoanalis, adalah orang-orang Jerman: Meinong, Ehrenfels, Kohler, Wertheimer, dan Koffka. Menurut mereka, manusia tidak memberikan resp, ns kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons, manusia menangkap dulu “pola” stimuli secara keseluruhan dalam satuan-satuan yang bermakna.
Mula-mula psikologi Gestalt hanya menaruh perhatian pada persepsi obyek. Beberapa orang menerapkan prinsip-prinsip Gestalt dalam menjelaskan perilaku sosial. Di antara mereka adalah Kurt Lewin, Solomon Asch, dan Fritz Heider
Heider dan Festinger membawa psikolagi kognitif ke dalam psikologi sosial. Secara singkat kita akan melihat perkembangan pengaruh psikologi kognitif ini dalam psikologi sosial, terutama untuk menggambarkan perkembangan konsepsi manusia dalam mazhab ini.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidaklah serasional dugaan di atas. Seringkali malah penilaian orang didasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan kurang begitu rasional. Penilaian didasarkan pada data yang kurang, lalu dikombinasikan dan diwarnai oleh prakonsepsi. Manusia menggunakan prinsip-prinsip umum dalam menetapkan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya “cognitive heuristics” (dalil-dalil kognitif). Ada orang tua yang segera gembira ketika anaknya berpacaran dengan mahasiswa ITB, karena berpegang pada “cognitive heuristics” bahwa mahasiswa ITB mempunyai masa depan yang gemilang (tanpa memperhitungkan bahwa pacar anaknya adalah mahasiswa seni rupa yang meragukan masa depannya). Dari sini rnuncullah konsepsi Manusia sebagai Miskin Kognitif (The Person as Cognitive Miser).
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi kognitif telah memasukkan kembali “jiwa” manusia yang sudah dicabut oleh behaviorisme. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekadar makhluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang didambakannya. Sampai di sini, psikologi kognitif harus memberikan tempat dan waktu buat “penceramah” berikutnya: psikologi humanistik.

Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis, seperti kata Freud seridiri, “we see a man as a savage, beast” (1930:86). Keduanya tadak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik. “Humanistic psychology’is not just the study of ‘human being- it is a commitment to human becoming, “tulis Floyd W. Matson (1973:19) yang agak sukar diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis NeoFreudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih banyak lagi mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap , orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik.
Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33):
1) Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di marxa dia — sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) – menjadi, pusat: Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi rnanusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal (phenomenal field). Medan keseluruhan pengalarnan subjektif seorang manusia, yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang “bukan aku”.
2) Manusia berperilaku untuk~mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
3) individu bereaksi pada situasi sesuai dengdn persepsi ren¢ang dirinya dan dazrYianya — ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4) Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri — berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5) Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kor.disi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta rnemilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.

ovum

Ovum dikembangkan dari sel germinal primitif yang tertanam di substansi ovarium. Masing-masing sel primitif menimbulkan kuman, oleh ulang divisi, ke sejumlah oogonium disebut sel-sel yang lebih kecil, dari mana telur atau oosit primer dikembangkan.
Ovum manusia sangat menit, dengan ukuran sekitar 0,2 mm. diameter, dan tertutup dalam folikel telur dari indung telur; sebagai aturan masing-masing folikel mengandung satu sel telur, tetapi kadang-kadang dua atau lebih yang hadir. 3 dan pembesaran dan kemudian pecah dari folikel pada permukaan ovarium, ovum dibebaskan dan disampaikan oleh rahim tabung ke rongga rahim. Kecuali itu dibuahi tidak mengalami perkembangan lebih lanjut dan dibuang dari rahim, tetapi jika terjadi pembuahan itu dipertahankan di dalam uterus dan berkembang menjadi yang baru.
Dalam penampilan dan struktur ovum sedikit berbeda dari sel biasa, tetapi nama-nama khusus telah diterapkan ke dalam beberapa bagian; demikian, substansi sel dikenal sebagai kuning telur atau oƶplasm, inti sebagai germinal vesikel, dan yang Nukleolus sebagai tempat germinal. Ovum ditutupi dalam tebal, transparan amplop, zona striata atau zona pelusida, melekat pada permukaan luar yang beberapa lapis sel, yang berasal dari orang-orang dari folikel dan kolektif yang membentuk korona radiata.

Memeriksa sel telur manusia segar di folliculi minuman keras. (Waldeyer.) The zona pelusida dipandang sebagai korset jelas tebal dikelilingi oleh sel-sel korona radiata. Telur itu sendiri menunjukkan deutoplasmic rinci pusat dan daerah perifer lapisan jelas, dan membungkus germinal vesikel, di mana terlihat germinal spot.

* PENUTUP DARI OVUM

The zona striata atau zona pelusida adalah selaput tebal, yang, di bawah kekuasaan yang lebih tinggi dari mikroskop, dipandang radial lurik. Itu berlangsung selama beberapa saat setelah pembuahan terjadi, dan bisa bertindak untuk perlindungan selama tahap-tahap awal segmentasi. Hal ini belum ditentukan apakah zona striata adalah produk dari sitoplasma ovum atau sel-sel korona radiata, atau keduanya.
Korona radiata terdiri atau dua atau tiga lapisan sel, mereka berasal dari sel-sel folikel, dan mematuhi permukaan luar zona striata ketika ovum dibebaskan dari folikel; sel radial diatur di sekitar zona, orang-orang dari lapisan yang paling dalam kolumnar dalam bentuk. Sel-sel korona radiata segera hilang; dalam beberapa binatang yang mereka mengeluarkan, atau akan diganti dengan, lapisan perekat protein, yang dapat membantu dalam melindungi dan bergizi ovum.
Fenomena menghadiri pelepasan dari ovum dari folikel milik lebih ke fungsi biasa ovarium daripada topik umum embriologi, dan karena itu digambarkan dengan anatomi ovarium.

* PEMATANGAN OVUM

Sebelum ovum dapat dibuahi itu harus menjalani proses pematangan atau pematangan. Hal ini terjadi sebelumnya atau segera setelah keluar dari kantong, dan pada dasarnya terdiri dari pembagian yang tidak setara ovum terlebih dahulu menjadi dua dan kemudian menjadi empat sel. Tiga dari empat sel kecil, tidak mampu pengembangan lebih lanjut, dan ini disebut badan kutub atau polocytes, sementara keempat besar, dan merupakan sel telur matang. Proses pematangan belum diamati dalam sel telur manusia, tetapi telah dengan hati-hati belajar di ovum dari beberapa hewan yang lebih rendah, yang deskripsi berikut berlaku.
Hal ini ditunjukkan bahwa jumlah kromosom yang ditemukan dalam inti adalah konstan untuk semua sel-sel hewan dari spesies tertentu, dan bahwa dalam manusia jumlahnya mungkin dua puluh empat. Ini tidak hanya berlaku pada sel somatik tetapi ovum primitif dan keturunan mereka. Untuk tujuan ilustrasi proses pematangan suatu spesies dapat diambil di mana jumlah kromosom nuklir adalah empat. Jika ovum dari diamati seperti pada awal proses pematangan akan terlihat bahwa jumlah dari kromosom ternyata berkurang menjadi dua. Namun dalam kenyataannya, jumlahnya dua kali lipat, karena masing-masing kromosom terdiri dari empat butir dikelompokkan untuk membentuk suatu tetrad. Selama metafase setiap tetrad dyads terbagi menjadi dua, yang sama-sama didistribusikan antara dua inti sel yang dibentuk oleh pembagian pertama ovum. Salah satu sel yang hampir sama besar dengan telur asli, dan disebut oosit sekunder, yang lain kecil, dan disebut badan polar pertama. Oosit sekunder sekarang mengalami subdivisi, dimana setiap angka dua dan berkontribusi membagi satu kromosom ke inti masing-masing dari dua sel yang dihasilkan.

Pembentukan badan kutub di Asterias glacialis. (Sedikit dimodifikasi dari Hertwig.) Dalam Aku kutub gelendong (sp) telah maju ke permukaan telur. Dalam II elevasi kecil (PB1) dibentuk yang menerima setengah dari gelendong. Dalam III Tingginya terbatas off, membentuk badan kutub pertama (PB1), dan kedua gelendong terbentuk. Dalam IV melihat ketinggian yang kedua dalam terbatas V telah turun sebagai badan kutub kedua (pb2). Dari sisa gelendong (f.pn di VI) pronukleus wanita dikembangkan.
Divisi kedua ini juga tidak sama, menghasilkan sel besar yang merupakan sel telur matang, dan sel kecil, badan kutub kedua. Badan kutub pertama sering membagi sementara yang kedua sedang dibentuk, dan sebagai hasil akhir empat sel yang diproduksi, yaitu., Sel telur yang matang dan tiga badan kutub, yang masing-masing berisi dua kromosom, yaitu, satu-setengah jumlah hadir dalam inti sel somatik dari anggota spesies yang sama. Inti sel telur matang disebut pronukleus perempuan.